Beberapa hari ini saya sering berpikir tentang apa yang akan terjadi dengan kita? Iya, sesuatu yang sudah tertutup tapi wanginya masih bisa terasa. Kemana alur ini akan kita bawa? Tetap berhenti di dermaga kecil dengan makanan seadanya, sedikit pahit memang, tapi ini cara kita agar bisa bertahan hidup. Atau melanjutkan ke pulau yang ada di depan mata? Jika sudah siap tentunya.
Mungkin lebih tepatnya kita tau kita telah melakukan dosa. Kamu sadar, aku tau kamu sadar. Sudahlah, disinipun sama. Ketika persediaan air abis, dimana kita bisa minum? Mencari sumber air terdekat. Seperti itu.
Percakapan, aku menunggu percakapan itu. Aku ingin masuk kedalamnya, mungkin ada banyak cerita dalam percakapan itu. Syukurlah jika kamu yakin akan hal itu. Mungkin jika dermaga ini roboh, kita akan mencapai pulau yang kita tuju. Entah itu terbawa arus, atau akan ada beberapa ikan yang mau membawa kita ke tempat tujuan. Sedikit mustahil, tapi yakin.
Akhirnya aku tersenyum lagi, senyum yang kecil, senyum yang sama yang
pernah kulempar di saat aku tahu bahwa aku bukan orang yang bisa mengindahkanmu.
Seharusnya aku lebih berekspresi, sebab kebohongan kita ini amat menyentak.
Aku ingin melangkah mundur sambil memberimu tepuk tangan. Kau hebat. Ini
panggungmu, tempatmu lihai bersandiwara, sementara aku terlampau
merasakanmu.